30 April 2025
Iran Harapkan Kesepakatan Nuklir Baru dengan AS

Sumber: dw.com

Sekilas Jatim – Wakil Presiden Iran untuk Urusan Strategis, Javad Zarif, mengungkapkan harapan besar terhadap pencapaian kesepakatan nuklir baru dengan Amerika Serikat seiring dengan dilantiknya Presiden Donald Trump untuk masa jabatan keduanya. Harapan tersebut disampaikan oleh Zarif pada sebuah kesempatan di Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang berlangsung di Davos, Swiss, pada Rabu. Dalam kesempatan tersebut, Zarif menyatakan keyakinannya bahwa periode kedua Trump akan membawa perubahan yang lebih serius, fokus, dan realistis terkait dengan kebijakan nuklir.

Zarif menyebutkan bahwa meskipun kesepakatan nuklir dengan AS di bawah kepemimpinan Trump sebelumnya telah berakhir dengan ketegangan tinggi, dirinya tetap berharap bahwa kali ini pemerintahan Trump akan lebih terbuka untuk melakukan pendekatan yang berbeda. Pada masa jabatan pertama Trump, ia menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir yang telah tercapai antara Iran dan negara-negara besar dunia, yang dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Langkah tersebut disertai dengan penerapan kembali sanksi terhadap Iran, yang kemudian memperburuk hubungan antara kedua negara.

Meskipun demikian, ketegangan ini tidak membuat Iran berhenti mengejar pengembangan program nuklirnya. Setelah keluar dari kesepakatan tersebut, Iran telah mengambil langkah-langkah yang semakin meningkatkan ketegangan, salah satunya dengan memperkaya uranium ke tingkat yang lebih tinggi. Pada 29 November 2024, Iran mengumumkan rencana untuk mengoperasikan ribuan mesin sentrifuga baru yang digunakan untuk memperkaya uranium, yang tentunya menjadi perhatian besar bagi masyarakat internasional, terutama Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Iran telah memperkaya uranium hingga mencapai tingkat kemurnian 60%, yang meskipun masih jauh di bawah 90% yang dibutuhkan untuk senjata nuklir, tetap melampaui batasan yang telah disepakati dalam JCPOA. Langkah ini dipandang sebagai salah satu upaya Iran untuk menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kekuatan dalam mengendalikan program nuklir mereka, meskipun telah dikeluarkan dari perjanjian internasional yang mengatur batasan-batasan terkait pengembangan nuklir mereka.

Zarif mengungkapkan bahwa langkah-langkah tersebut diambil sebagai respons terhadap kebijakan AS yang menarik diri dari kesepakatan dan kembali memberlakukan sanksi. Ia menyatakan bahwa Iran berharap pihak-pihak terkait, terutama Amerika Serikat, akan lebih serius dalam mengupayakan kesepakatan baru yang lebih adil dan berkelanjutan, yang bisa membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Dalam pandangannya, kesepakatan nuklir baru yang lebih realistis dan lebih fokus pada penyelesaian masalah secara diplomatik sangat dibutuhkan untuk meredakan ketegangan di kawasan dan mencegah potensi ancaman dari program nuklir yang tidak terkontrol.

Sementara itu, kritik terus mengalir terhadap aktivitas nuklir Iran dari berbagai pihak, termasuk IAEA, yang menilai bahwa Iran telah melanggar sejumlah ketentuan dalam kesepakatan nuklir yang sebelumnya ada. IAEA menyatakan keprihatinannya terkait pengayaan uranium yang dilakukan oleh Iran, yang berpotensi mengarah pada kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir. Meskipun demikian, Iran menegaskan bahwa pengayaan uranium yang dilakukan saat ini adalah untuk tujuan damai, terutama untuk energi nuklir, dan bukan untuk tujuan militer.

Berdasarkan perkembangan tersebut, penting bagi komunitas internasional, terutama negara-negara besar yang terlibat dalam kesepakatan nuklir dengan Iran, untuk segera kembali ke meja perundingan dan mencari solusi yang dapat diterima bersama. Diharapkan, pemerintahan Trump yang baru dapat membawa angin segar dalam upaya memperbaiki hubungan yang rusak dan menciptakan kesepakatan yang dapat mencegah potensi eskalasi konflik di kawasan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *